PENGERTIAN UCAPAN, EJAAN, KATA, DAN JENIS TANDA BACA

pengertianartidefinisidari.blogspot.com - Pemahaman ejaan merupakan suatu aspek penting dalam mendukung penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Ejaan yang dimuat dalam pembahasan pengertianartidefinisidari ini telah disesuaikan dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).

https://pengertianartidefinisidari.blogspot.com/



PENGERTIAN ARTI DEFINISI DARI UCAPAN, EJAAN, KATA, DAN JENIS TANDA BACA

EJAAN

Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca. Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan ejaan Van Ophuijsen. Ejaan Van Ophuijesen ditetapkan sebagai ejaan bahasa Melayu pada 1901.


Ejaan dan tanda baca ini sangat perlu diperhatikan terutama sekali pada kegiatan menulis. Berkaitan dengan pemakaian ejaan, yang perlu dicermati adalah penulisan huruf dalam kata atau kalimat, sedangkan yang terkait dengan tanda baca adalah penggunaan enam belas tanda baca dalam bahasa indonesia.


Ejaan penting sekali artinya dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis. Dalam tulis-menulis orang tidak hanya dituntut untuk dapat menyusun kalimat dengan baik, memilih kata yang tepat, melainkan juga mengeja kata-kata dan kalimat tersebut sesuai dengan ejaan yang berlaku. Dalam surat-surat pribadi dan kalimat catatan harian misalnya, ketaatan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) tidak mutlak. Dalam karangan ilmiah, dalam makalah, dan dalam surat-surat perjanjian, kaidah ejaan harus betul-betul ditaati.


Sebelum, EYD diumumkan, dalam tulis menulis dipergunakan Ejaan Soewandi atau ejaan Republik. Ejaan tersebut diumumkan berlakunya terhitung mulai 19 maret 1947. sebelum ejaan Soewandi berlaku Ejaan Van Ophuysen yang ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’Mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dinyatakan mulai berlaku sejak tahun 1901, sebelum ejaan Van Ophuysen berlaku dalam tulis menulis dalam bahasa Melayu, digunakan huruf Jawa atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan ejaan yang tidak teratur.


TANDA BACA

Ada bermacam-macam tanda baca/pungtuasi, seperti:
  • titik (.),
  • koma (,),
  • titik koma (;),
  • titik dua (: ),
  • dan petik (“..”)



a) TANDA TITIK (.)

Sudah kita ketahui tanda titik dipakai untuk menandai berakhirnya kalimat. Di samping itu tanda titik juga digunakan sesudah nomor bab atau subbab atau bagian dari subbab. Penomoran bab atau subbab yang menggunakan system persepuluh pada angka terakhir tidak disertai titik untuk menghemat tempat.


Singkatannya yang terdiri dari huruf-huruf kapital, seperti SMP, SMA, ABRI tidak menggunakan titik. Singkatan dengan huruf kapital yang merupakan gelar yang diletakkan di belakang nama tetap menggunakan titik di belakang tanda koma tersebut.


Contoh: Dr. Dharma Tintri, Izzati Amperaningrum SE. MM singkatan yang menggunakan huruf kecil menggunakan titik. Misalnya:
  • atas nama a.n.
  • untuk beliau u.b.
  • dan sebagainya dsb.



Yang perlu diperhatikan adalah kapan seharusnya titik tidak digunakan. Kesalahan yang sering terjadi ialah digunakan titik pada tempat yang seharusnya tidak menggunakan titik. Judul bab atau judul bagian subbab perlu menggunakan titik apabila judul itu langsung diikuti uraian yang dimulai dengan baris yang sama dengan judul sub-bab atau judul bagian sub-bab tersebut.


Alamat surat, baik alamat pengirim ataupun alamat yang dituju, juga tidak menggunakan titik karena alamat tersebut tidak merupakan kalimat. Tanda titik juga tidak dipakai pada singkatan-singkatan yang berkenaan dengan ukuran atau timbangan, seperti Rp (rupiah), kg (kilo gram), m (meter), lt (liter) dan sebagainya. Tanda titik juga digunakan dalam daftar pustaka yang rujukanya menggunakan sistem rujukan tahun dan halaman. Karangan yang menggunakan rujukan pengarang atau penyuting, antara judul buku dan kota penerbit.


Contoh: Alisyahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakyat.


b) TANDA KOMA (,)

Koma digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan antara dalam suatu kalimat. Tanda koma sering digunakan setelah seruan, seperti: ah, wah, aduh, ya, hai, dan sebagainya. Juga sesudah kata-kata seperti meskipun begitu, jadi, namun demikian, oleh karena itu, maka dari itu. Tanda koma juga digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk kalimatnya.


Contoh:
  • Meskipun hujan, ia pergi juga ke kantor,
  • Karena sakit, ia tidak jadi pergi ke Jakarta



Tanda koma digunakan juga untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan dengan kata tetapi, atau, melainkan.


Contoh:
  • Orang itu kaya, tetapi tidak kikir
  • Yang sudah lulus bukan dia, melainkan adiknya



Tanda koma juga digunakan untuk membatasi unsur-unsur dalam suatu perincian.


Contoh: Jurusan-jurusan dalam Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ialah Jurusan Akuntansi, dan Jurusan Manajemen.


Yang harus diperhatikan ialah sebelum dan masih digunakan tanda koma. Tanda koma juga digunakan dalam rujukan kurung atau dalam rujukan tahun dan halaman, untuk membatasi nama akhir pengarang dengan tahun penerbit.


Contoh: Kalimat ialah satuan kumpulan yang mengandung arti penuh (Alisyahbana, 1953 :20)


Tanda koma juga digunakan untuk membatasi kata-kata dalam kalimat petikan langsung.


Contoh:
  • Ibu berkata, “Ayahmu belum pulang”.
  • “Saya gembira sekali”, kata penulis pengertianartidefinisidari.blogspot.com, “Blogger kita menjadi juara pertama”.



Tanda koma sering digunakan untuk mengapit atau menyisipkan keterangan tambahan.


Contoh: pemuda itu, yang bertahun-tahun merantau, hingga saat ini belum juga pulang kedesanya.


Tanda koma juga dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, dan di antara nama tempat dan wilayah suatu negara yang ditulis secara beruntun.


Contoh: Yth. DR. Aries Budi Setyawan. Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta.


Seperti yang sudah disebutkan blog pengertianartidefinisidari.blogspot.com di atas, maka koma juga digunakan untuk membatasi nama dan gelar yang terletak di belakang nama, jumlah rupiah, ketip dan sen, antara satuan dan persepuluh.


Contoh:
  • Prof. Dr. Dali S. Naga.
  • Rp 1.250,501
  • Nilainya 7,5



c) TITIK KOMA (;)

Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.


Contoh: Semua murid diperlakukan sama; tidak ada murid yang dianak emaskan.


Tanda titik koma juga digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung koma.


Contoh:


Di toko swalayan itu Airin membeli kemeja, sepatu, sapu tangan, dan kaos kaki; Ali membeli ikat pinggang, topi, dasi dan kaca mata; sedang Endah membeli buku tulis, pulpen, penggaris, dan minyak rambut.


Tanda titik koma digunakan juga untuk memisahkan kalimat-kalimat dalam suatu perincian.


Contoh:


Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
  • Bapak DR. Aries Budi Setyawan dan Ibu Masodah SE. MM sebagai pembimbing 1 dan pembimbing 2, yang dengan penuh kesabaran telah memberikan petunjuk dan nasihat-nasihatnya;
  • Ibu Izzati Amperaningrum SE. MM, dosen wali penulis yang telah banyak memberikan bimbingan selama penulis belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma;
  • Ir. Arjuna, pacar penulis yang dengan setia mendampingi penulis menyelesaikan skripsi ini.



Dalam surat-surat keputusan tanda titik koma banyak digunakan untuk membatasi kalimat-kalimat yang merupakan bagian dari konsideransi dan bagian dari isi putusan itu sendiri.


Contoh:


Mengingat bahwa:
  1. 1……………….;
  2. 2……………….;
  3. 3……………….;



Membimbing:
  1. 1……………….;
  2. 2……………….;
  3. 3……………….;



Memutuskan:
  1. 1……………….;
  2. 2……………….;
  3. 3……………….;



d) TITIK DUA (:)

Tanda titik dua dipakai akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian.


Contoh : Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma mempunyai dua jurusan: Jurusan Akuntansi dan Jurusan Manajemen.


Titik dua juga digunakan pada kata-kata misalnya, contohnya, dan sebagai berikut yang diikuti perinciaan. Tanda titik dua juga digunakan untuk pemberian yang berbentuk formula, misalnya persiapan kegiatan Peringatan Hari Lahir Pancasila sebagai berikut:


Ketua : Airin Nasywa


Sekretaris : Endah Kustiyorini


Bendahara : Saifullah


Juga dalam surat-surat undangan yang menyebutkan hari/tanggal, pukul, tempat, dan cara dalam bentuk formula berikut:


Dengan Hormat,


Kami mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara dalam suatu rapat panitia peringatan hari Lahir Pancasila


Yang akan kita selenggarakan pada:


Hari/tanggal : Rabu, 1 Juni 2022


Pukul : 08.30


Tempat : Di Gedung Pancasila Lantai 1 Jakarta


Jl. Pemuda Raya 100 Kebon Jeruk - Jakarta Barat.


Dengan acara : Rapat Penyusunan Rencana Upacara dan lomba Peringatan.


Apabilan diatas tidak disusun dengan formula seperti tersebut diatas, tanda titik dua tidak perlu dipergunakan.


Contoh :


Panitia Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2022 ini diketuai oleh Airin Nasywa, dengan sekretaris, Endah Kustiyorini, dan Bendahara Saifullah. Rapat itu diselenggarakan pada tanggal 1 Juni 2022, pukul 08.30 di Gedung Pancasila Lantai 1 Jakarta.


Tanda titik dua juga digunakan untuk membatasi judul karangan dengan subjudulnya, di antara surat dan ayat dalam kitab suci, diantara tahun dan halaman dalam rujukan kurung antara nama kota dan nama penerbit dalam daftar pustaka.


Contoh:


Ekonomi dan Koperasi: Suatu Pengantar Singkat (Ramlan, 1982 :12)


e) TANDA PETIK (“- “ )

Di atas disebutkan bahwa yang ditulis dengan tanda petik dalam tulisan atau ketikan biasanya dicetak dengan huruf miring. Penggunaan tanda petik dalam petikan langsung tidak dicetak dengan huruf miring, melainkan tetap dicetak dengan suatu majalah pun tanda petik itu tetap digunakan. Dalam karangan tercetak tanda petik juga digunakan untuk menandai kata-kata yang tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya. Misalnya : Itu dia “pahlawan” kita datang.


f) TANDA HUBUNG (-)

Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang seperti meja-meja, berjalan-jalan, buah-buahan. Tanda hubung digunakan apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan bilangan, huruf kecil, atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital. Contoh:
  • Abad ke-20
  • Tuhan selalu melindungi hamba-nya
  • Ijazah SMA-nya hilang.



Tanda hubung juga digunakan untuk membatasi tanggal, bulan, dan tahun apabila semuanya ditulis dengan angka.


Contoh: Jakarta, 01-06-2022


Tanda hubung juga digunakan untuk menghubungkan awalan atau akhiran dalam bahasa Indonesia yang dirangkaikan dengan kata dasar asing.


Contoh: Di-smash , pen-tackle-an


Tanda hubung juga digunakan untuk mendai hubungan kata-kata dalam kelompok kata agar tidak menimbulkan tafsiran yang tidak dikehendaki.


Contoh: Istri pejabat yang nakal itu.


Untuk menjelaskan bahwa yang nakal itu adalah istri pejabat maka antara istri dan pejabat perlu diberi tanda hubung. Kalau yang nakal itu pejabat maka yang diberi tanda hubung antara yang nakal dan pejabat. (istri-pejabat yang nakal itu. Istri pejabat-yang nakal itu)


TANDA-TANDA BACA YANG LAIN

Tanda–tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ( ), tanda kurung siku ([ ]), tanda garis miring (/) dan tanda penyingkat/apostrof (‘).


Contoh:
  • Kemerdekaan bangsa itu- saya yakin akan tercapai-diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
  • Rangkaian temuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.



Tanda pisah juga digunakan dalam arti” sampai dengan”. Contoh :
  • 2017–2022
  • Tanggal 1—Juni-2022
  • Pukul 08.30—11.00
  • Semarang – Jakarta



Tanda elips (…) digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus.


Contoh : Kalau engkau tidak mau ….yah…, biarlah saya pulang saja.


Tanda elips yang digunakan dalam suatu kutipan menunjukan bahwa ada kata-kata yang tidak dikutip dalam kutipan tersebut.


Contoh : “Morfem ialah ….bentuk bebas yang terkecil”.


Tanda tanya digunakan untuk menandai kalimat tanya dan diletakan diakhir kalimat.


Contoh : Di mana rumahmu?


Tanda tanya yang ditaruh di antara tanda kurung digunakan untuk menyatakan keragu-raguan atau kesangsian.


Contoh :
  • Ia dilahirkan pada tahun 1896 (?)
  • Uangnya sebanyak sepuluh juta rupiah(?) telah hilang



Tanda seru digunakan untuk menandai seruan/perintah/panggilan Tanda kurung juga digunakan untuk mengapit penjelasan atau keterangan.


Contoh: Bagian perencanaan kegiatan sudah selesai merencanakan DIK (Daftar Isi Kerja) sekolah ini.


Tanda kurung juga untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian yang pokok dari pembicaraan.


Contoh : keterangan ini )lihat tabel 10) menunjukan arus perkembangan baru dalam pemasaran dalam negeri.


Selanjutnya tanda kurung juga dipergunakan untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci keterangan.


Contoh: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam , (b) tenaga kerja dan (c) modal.


Tanda kurung siku digunakan sebagai tanda koreksi bahwa dalam naskah itu terdapat huruf, kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung siku tersebut.


Contoh: Si Bintang Men[d]engar bunyi gemerisik.


Tanda kurung siku di gunakan juga untuk memberi tanda kurung di dalambagian kalimat yang sudah menggunakan tanda kurung.


Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab 11 [lihat halaman 25 –38] tidak dibicarakan ) perlu dibentangkan di sini


Tanda garis miring digunakan dalam penomoran surat.


Contoh;


NO :7/TP09/k/91


Dalam alamat untuk membatasi antara gang dengan nomor.


Contoh: Jl. Pancasila 7/19


Untuk menunjukkan tahun anggaran atau tahun Ajaran. Contoh : 2022/2023


Garis miring berarti juga tiap-tiap atau per. Contoh : Rp2500/orang


Tanda penyingkat atau apostrof (‘) digunakan untuk menunjukan adanya bagian–bagian yang dilesapkan. Contoh :
  • Istana yang megah ‘kan ku dirikan ('kan=akan)
  • Malam ‘lah tiba (‘lah=telah)
  • Januari’05 (‘05=2005)



PENGERTIAN

Kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti tersendiri, yaitu kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. kata juga mengandung arti, sederetan huruf yang diapit dua spasi dan mempunyai arti.


Diksi adalah ketepatan pilihan kata untuk menyatakan sesuatu. Diksi atau pilihan kata pada dasarnya adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Diksi atau pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.


Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.


Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa. Namun secara umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini.
  1. Kata kerja (verba)
  2. Kata sifat (adjektiva)
  3. Kata keterangan (adverbia)
  4. Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
  5. Kelompok kata tugas ialah :
    • Kata Sandang (artikel)
    • Kata Depan (preposisi)
    • Kata Hubung (konjungsi)
    • Partikel
    • Kata Seru (interjeksi)



Kata Kerja (Verba)

Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atautindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat.Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.


Ciri kata kerja:
  1. Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah. Contoh: akan mandi, akan tidur, sedang makan, telah pulang.
  2. Dapat diingkari dengan kata tidak. Contoh: tidak makan, tidak tidur.
  3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS. Contoh: Pergi dengan adik, menulis dengan cepat.



Macam-macam kata kerja (verba):
  1. Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur.
  2. Verba turunan, terdiri atas:
    • Verba berafiks; Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
    • Verba bereduplikasi; Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah.
    • Verba berproses gabung; Contoh: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
    • Verba majemuk; Contoh: cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
    • Verba transitif (kata kerja yang membutuhkan objek); Contoh :
      • Saya (S) menulis (P) surat (O).
      • Adik (S) membeli (P) balon (O).
    • Verba intransitif (kata kerja yang tak memerlukan objek); Contoh :
      • Mereka (S) duduk (P) di taman (O).
      • Anak-anak itu (S) bersepeda (P) di sepanjang pantai (O).
      • Adik (S) sedang (P) mandi (O).



Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan watak, dan tabiat orang/binatang/ benda.Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek dan penjelas subjek.


Ciri-ciri kata sifat:
  1. Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling. Contoh: lebih indah, kurang bagus, paling kaya.
  2. Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan sekali. Contoh: sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat, sedikit sekali.
  3. Dapat diingkari dengan kata tidak. Contoh: tidak benar, tidak halus, tidak sehat, dan sebagainya.



Macam-macam adjektiva:
  1. Ajektiva dasar, seperti adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun, bengkak.
  2. Adjektiva turunan terdiri atas:
    • adjektiva berafiks; contoh: terhormat, terindah, kesakitan, kesepian, keinggris-inggrisan.
    • adjektiva bereduplikasi; contoh: muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
    • adjektiva berafiks –i, -wi, -iah; contoh: abadi, duniawi, insani, ilmiah, rohaniah, surgawi.
    • Adjektiva deverbalisasi, misalnya: melengking, terkejut, menggembirakan, meluap.
    • Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman, kesatria, berbusa.
    • Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang, bertambah.
    • Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
    • Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
    • Adjektiva majemuk, misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan, tinggi hati.
    • Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya :alangkah gagahnya, bukan main kuatnya, Maha kuasa.3. Kata Keterangan (Adverbia)



Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.


Macam-macam adverbia:
  1. Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling.
  2. Adverbia turunan terbagi atas:
    • Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,paling-paling.
    • Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
    • Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.



Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)

a. Kata Benda (Nomina)

Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak).Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.


Ciri-ciri kata benda:
  1. Dapat diingkari dengan kata bukan. Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan mimpi, bukan pengetahuan.
  2. Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS. Contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting, orang yang baik.



Macam-macam nomina:
  • Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau, ayam.
  • Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah, bahasa.
  • Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
  • Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
  • Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok.
  • Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
  • Nomina dari proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan, pembicara, pemotong, anjuran, simpulan, pengumuman, pemberontakan.
  • Nominalisasi dengan si dan sang, misalnya: si kecil, si manis, sang kancil, sang dewi.
  • Nominalisasi dengan yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang cantik.



b. Kata Ganti (Pronomina)

Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacupada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda ataunomina.


Macam-macam pronomina: Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronominal persona, (2) pronomina penunjuk, (3) pronomina penanya.


1) pronominal persona dalam bahasa Indonesia ada empat macam.
  • Pronomina reduplikasi, misalnya: kita-kita, dia-dia, dan beliau-beliau.
  • Pronomina berbentuk frasa, misalnya: kamu sekalian, aku ini, dia itu.
  • Pronomina takrif, terbatas pada pronomina persona (orang) misalnya:
    1. Pronomina persona I (kata ganti orang I) : saya, aku (tunggal), dan kami, kita (jamak)
    2. Pronomina persona II (kata ganti orang II) : kamu, engkau, Anda (tunggal), dan kalian, Anda sekalian (jamak)
    3. Pronomina persona III (kata ganti orang III) : ia, dia, beliau (tunggal), dan mereka (jamak)
  • Pronomina tak takrif, tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu, misalnya: sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa-apa, anu, dan masing-masing sendiri.



2) pronomina penunjuk


Pronomina Penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam.
  1. Pronomina penunjuk umum: ini, itu, dan anu.
  2. Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, atau sana.
  3. Pronomina penunjuk ihwal: begini dan begitu.



3) pronomina penanya.


Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan. Contoh: siapa, apa, mana, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan berapa.


c. Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.


Numeralia utama (kardinal), terdiri atas:
  • Bilangan penuh, misalnya: satu, dua, tiga, puluh, ribu, juta.
  • Bilangan pecahan, misalnya: sepertiga, duapertiga, lima perenam.
  • Bilangan gugus, misalnya: selikur (21), lusin, gros, kodi, atau ton.



Numeralia tingkat, yaitu numeralia yang menunjukkan urutan atau struktur; Misalnya: pertama, kesatu, kedua, keempat, ketiga belas.


Numeralia kolektif, numeralia yang terbentuk oleh afiksasi, misalnya : ketiga (ke + Num), ribuan, ratusan (Num + -an), beratus-ratus, dan bertahun-tahun (ber- + Num)


e. Kelompok Kata Tugas

Kata tugas terdiri atas:
  • Kata Sandang (Artikel). Kata sandang atau artikel adalah kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda.


    Macam-macam artikel:
    • Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami, sang juara.
    • Artikula/artikel bermakna jamak, misalnya: para petani, para guru, para ilmuwan.
    • Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si terhukum.
    • Artikula/artikel bermakna khusus, misalnya: Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar kehormatan), Hang Tuah, dan Dang Halimah (panggilan pria dan wanita dalam sastra lama)
  • Kata Depan (Preposisi). Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan(frasa preposisional).


    Macam-macam preposisi:
    1. Preposisi dasar, misalnya: di , ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
    2. Preposisi turunan, terdiri atas:
      • gabungan preposisi dan preposisi, misalnya : di depan, ke belakang, dari muka.
      • gabungan preposisi + preposisi + non-preposisi, misalnya : di atas rumah, dari tengah-tengah kerumunan.
      • gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata, misalnya dari rumah ke jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.
      • Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup, misalnya sekeliling, sekitar, sepanjang, seputar.



f. Kata Hubung (Konjungsi)

Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.


Macam-macam konjungsi:
  • Konjungsi penambahan, misalnya: dan, dan lagi, tambahan lagi, lagi pula.
  • Konjungsi urutan, misalnya: lalu, lantas, kemudian, setelah itu.
  • Konjungsi pilihan, misalnya: atau
  • Konjungsi perlawanan, misalnya: tetapi, sedangkan, namun, sebaliknya, padahal.
  • Konjungsi menyatakan waktu, misalnya: ketika, sejak, saat, dan lain-lain
  • Konjungsi sebab-akibat, misalnya: sebab, karena, karena itu, akibatnya dan lain-lain
  • Konjungsi persyaratan, misalnya: asalkan, jikalau, kalau, dan lain-lain
  • Konjungsi pengandaian, misalnya: andaikata, andaikan, seandainya, seumpamanya.
  • Konjungsi harapan/tujuan, misalnya: agar, supaya, hingga.
  • Konjungsi perluasan, misalnya: yang
  • Konjungsi pengantar objek, misalnya: bahwa
  • Konjungsi penegasan, misalnya: bahkan dan malahan
  • Konjungsi pengantar wacana, misalnya: adapun, maka, jadi.

Baca:


g. Partikel

Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.


Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah dan pernyataan (berita).


Macam-macam partikel:
  • kah, misalnya: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
  • kan, misalnya: Tadi kan sudah dikasih tahu!
  • deh, misalnya: Makan deh, jangan malu-malu.
  • lah, misalnya: Tidurlah hari sudah malam!
  • dong, misalnya: Bagi dong kuenya.
  • kek, misalnya: cepetan kek, lama sekali.
  • pun, misalnya: Membaca pun ia tak bisa.
  • toh, misalnya: Saya toh tidak merasa bersalah.



Demikianlah pembahasan definisi ucapan, ejaan, kata dan jenis tanda baca yang dapat dibagikan dalam artikel pengertianartidefinisidari.blogspot.com!!!

Post a Comment for "PENGERTIAN UCAPAN, EJAAN, KATA, DAN JENIS TANDA BACA"