HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN

pengertianartidefinisidari.blogspot.com: Hari raya Galungan, Kuningan dan Nyepi adalah beberapa contoh dari banyak daftar hari besar keagamaan umat Hindu. Kedua hari raya ini sangat berhubungan sebelum kegiatan menyambut tahun baru saka. Berikut penjelasan dari pengertian kedua kata Galungan dan Kuningan untuk hari raya umat Hindu Bali tersebut.



HARI RAYA HINDU

Umat Hindu di Indonesia, khususnya Bali memiliki hari-hari raya besar keagamaan berdasarkan dua kalender. Pertama adalah kalender Bali dan kedua adalah kalender Isaka.


Kalender penanggalan Bali memakai dasar wewaran dan wuku sehingga hari suci tersebut biasanya digelar 6 bulan (210 hari) sekali salah satu contohnya Hari Raya Galungan dan Kuningan. Sedangkan Kalender penanggalan Isaka memakai dasar wewaran atau purnama/tilem dan Sasih yang jumlahnya 12 sehingga hari suci tersebut biasanya digelar setiap setahun sekali seperti saat perayaan Hari Raya Nyepi Tahun baru saka. Dari kedua kalender ini maka akan terdapat perayaan hari-hari yang suci dan dikeramatkan bagi umat Hindu.

https://pengertianartidefinisidari.blogspot.com/



HARI SUCI GALUNGAN

Kata "Galungan" berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya menang atau bertarung. pengertianartidefinisidari Galungan juga sama dengan dungulan, keduanya memaknai kemenangan. Latar belakang kedua kata ini adalah karena di Jawa, wuku yang kesebelas disebut Wuku Galungan, dan di Bali wuku yang kesebelas itu disebut Wuku Dungulan. Meskipun memiliki penamaan yang berbeda namun meminiki kesamaan dari arti. Contoh lainnya, di Jawa dalam rincian pancawara ada sebutan Legi sementara di Bali disebut Umanis, yang memiliki definisi sama: manis.


Adapun pengertian dari Hari raya Galungan adalah hari suci agama hindu berdasarkan pawukon, di peringati setiap 210 hari (6 bulan) sekali yaitu pada hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan. Hari raya Galungan juga disebut hari Pawedalan Jagat mengandung makna untuk pemujaan kepada Sang Hyang Widhi Wasa karena telah diciptakan dunia dengan segala isinya. Selain itu juga Galungan merupakan hari kemenangan dharma melawan adharma. Berdasarkan catatan sejarah, Hari raya Galungan diperkirakan sudah ada di Indonesia sudah sejak abad XI. Latar belakang sejarah ini berdasarkan Kidung panji malat rasmi dan pararaton kerajaan Majapahit. Perayaan semacam ini di India dinamakan hari raya Sradha Wijaya Dasami. Singkat cerita, sebenarnya di Bali sebelum pemerintahan raja Sri Jaya Kasunu, perayaan galungan pernah tidak dilaksanakan, oleh karena itu raja-raja pada jaman itu kurang memperhatikan upacara keagamaan. Hal tersebut dapat mengakibatkan kehidupan rakyat sangat menderita dan umur raja-raja sangat pendek-pendek. Kemudian setelah Sri Haji Jaya Kusunu baik tahta dan juga setelah mendapatkan pawarah-warah dari Bhatari Durga atas permohonannya, maka Galungan kembali dirayakan dengan suatu ketetapan tidak ada Galungan Buwung atau tidak ada galungan batal.


Hari Raya Galungan tersurat dalam Lontar Sunarigama, di mana hari raya ini dirayakan setiap Budha Kliwon Dungulan sesuai penanggalan kalender Bali. Kata Galungan dalam bahasa Jawa bersinonim dengan kata ‘Dungulan’ yang artinya menang atau unggul yang maknanya adalah mendapatkan kemenangan yang benar dalam hidup ini merupakan sesuatu yang seharusnya kita perjuangkan. Pada hakekatnya Galungan adalah perayaan bagi kemenangan “Dharma” (kebenaran) melawan “Adharma”(Kebatilan). Selain itu, Galungan pada hakikatnya untuk mensinergikan kekuatan suci yang ada dalam diri setiap manusia untuk membangun jiwa yang terang untuk menghapuskan kekuatan gelap (adharma) dalam diri. Tuhan sebagai pencipta dipuji dan di puja, termasuk leluhur dan nenek moyang keluarga diundang turun ke dunia untuk sementara kembali berada di tengah–tengah anggota keluarga yang masih hidup. Sesajen menyambut kedatangan leluhur itu disajikan pada di sebuah Merajan/sanggah keluarga. Penjor selamat datang dibuat dari bambu melengkung, dihiasi janur dan bunga dan diisi sanggah di bagian bawahnya serta hiasan lamak di pancang di depan pintu masuk rumah masing-masing. Sebelum puncak perayaan Galungan ada rangkaian yang disebut sugian, embang sugian, penyajaan, dan penampahan.


HARI RAYA KUNINGAN

Kata "Kuningan" berasal dari bahasa sastranya dikenal "sammā sambudda" atau pengejawantahan filsafat yang berarti memahami. pengertianartidefinisidari Kuningan memiliki makna "kauningan" yang artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi agar terhindar dari mara bahaya.


Adapun pengertian dari Hari raya Kuningan merupakan hari suci agama Hindu yang dirayakan setip 6 bulan sekali atau 210 hari sekali, yaitu setiap hari Sabtu Kliwon Wuku Kuningan, 10 hari setelah hari raya Galungan, dan Hari Kuningan merupakan hari resepsi bagi hari Galungan sebagai kemenangan dharma melawan adharma yang pemujaannya ditunjukan pada para dewa agar turun melaksanakan penyucian serta mukti atau menikmati sesajen-sesajen yang dipersembahkan. Penyelenggaraan upacara kuningan diisyaratkan supaya dilaksanakan semasih pagi dan tidak dibenarkan setelah matahari condong kebarat. Semua upacara sebagai simbul kesemarakan, kemeriahan, terdiri dari berbagai macam jejahitan yang mempunyai simbolis sebagai alat-alat perang yang diperadegkan seperti tamiyang kolem, ter, endogan, wayang-wayang, dan lain sejenisnya. Tujuan pelaksanaan upacara Kuningan ini adalah untuk memohon kemerosotan, kedirgahyun serta perlindungan dan tuntunan lahir batin.


Baca:



Hari Raya Kuningan diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali dalam kalender Bali tepatnya pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan. (1 bulan dalam kalender Bali = 35 hari). Di hari Raya Kuningan yang suci ini diceritakan Ida Sang Hyang Widi turun ke dunia untuk memberikan berkah kesejahteraan buat seluruh umat di dunia. Masyarakat Hindu di Bali meyakini bahwa pelaksanaan upacara pada hari raya Kuningan sebaiknya dilakukan sebelum tengah hari, sebelum waktu para Dewa, Bhatara, dan Pitara kembali ke sorga. Hari raya Kuningan adalah rangkaian upacara Galungan, 10 hari sebelum Kuningan. Ada beberapa perlengkapan Hari Kuningan yang khas yaitu: Endongan sebagai simbol persembahan kepada Hyang Widhi. Tamyang sebagai simbol penolak malabahaya. Kolem sebagai simbol tempat peristirahatan hyang Widhi, para Dewa dan leluhur kita.


PENGERTIANARTIDEFINISIDARI HARI RAYA KUNINGAN DAN GALUNGAN

Hari raya Galungan dan Kuningan adalah hari besar keagamaan umat Hindu di Bali berdasarkan kalender Bali. Secara filosofi bahwa Galungan bermakna sebagai kemenagan antara dharma/kebenaran melawan adharma/ ketidak benaran, tegaknya satya atau kebenaran atas kecurangan, kebodohan, kekejaman, kekerasan (astya), dan sejenis dengan itu yang ditandai dengan pelaksanaan tapa, brata, yoga, semadhi yang telah menundukkan sang bhuta tiga. Bagi umat Hindu juga ditandai^dengan menancapkan Penjor Galunan (simbol giri/gunung) pada saat Angara Wage Dungulan (setelah menghaturkan banten penampahan galungan). Demikian penjelasan pengertianartidefinisidari.blogspot.com tentang Galungan dan Kuningan untuk hari suci Agama Hindu. Semoga bermanfaat!!!

Post a Comment for "HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN"